Badai Matahari 2012 Bukan Penyebab Kiamat



INILAH.COM, Jakarta – Tingkat bahaya badai matahari pada 2012 akan tergantung dari kompleksitas saat itu. Yang patut diwaspadai adalah ledakan matahari itu mengarah ke bumi atau tidak.

Kepala Sains Atmosfer LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) Thomas Djamaluddin mengatakan ledakan matahari bisa terjadi kapan saja sepanjang siklus matahari. Puncak dari siklus itu akan terjadi pada 2012 dan 2013, tapi tidak akan membuat bumi kiamat.

“Isu kiamat di 2012 tidak punya dasar ilmiah. Menurut saya ini sungguh tidak masuk akal,” katanya saat dihubungi INILAH.COM dari Jakarta . Thomas memberikan alasan aktivitas matahari terjadi dalam periode 11 tahun.

Badai sudah terjadi di 1989-1991, 2000-2003 dan 2012-2014. Pada 1989 bintik matahari tercatat sebanyak 120, kemudian tahun selanjutnya 75 dan kemungkinan besar juga akan terjadi penurunan pada siklus ini. Jumlah itu berhubungan dengan perilaku matahari. Namun sampai saat ini belum ada yang bisa menjelaskan mengapa terjadi perubahan jumlah bintiknya.

“Matahari itu bukan bola padat melainkan bola plasma. Kalau sederhananya, bola gas di mana terjadi aktivitas magnetik yang saling tarik menarik. Nah gaya yang terjadi selalu berubah-ubah berdasarkan rotasi matahari,” katanya.

“Pada saat tertentu, medan magnet mencapai titik yang tinggi sehingga menimbulkan ledakan. Nah, ledakan yang mengarah ke bumi itu disebut sebagai matahari. Badai ini mengganggu aliran magnetik, ion atmosfir dan sebagainya,” ulasnya.

Thomas menyatakan, tingkat bahaya badai matahari tergantung dari kompleksitas pada saat itu. Yang patut diwaspadai adalah ledakan matahari itu mengarah bumi atau tidak. Seperti pada badai besar di November 2003, tidak berdampak besar karena tidak mengarah ke bumi.

“Kita tidak bisa mengetahui jauh-jauh hari, biasanya beberapa saat sebelum ledakan baru bisa diketahui mengarah ke bumi atau tidak. Ada jeda waktu antara ledakan sampai dampak ke badai matahari. Saat ini belum bisa diketahui karena medan elektromagnetiknya masih lemah. Baru bisa diketahui pada saat puncak siklus,” katanya.

Thomas menegaskan badai itu tidak berdampak langsung pada masyarakat. Sampai saat ini belum ada penelitian yang menyebutkan bahwa ada dampak langsung pada manusia akibat badai matahari ini.

Lalu apakah RI yang di ekuator rawan badai matahari? Thomas menyebut dampak paling besar dirasakan oleh negara yang posisi lintangnya tinggi seperti Amerika, Kanada, Rusia dan Eropa.

“Kalau ekuator, seperti Indonesia secara umum tentu saja aman. Karena partikel partikel muatan masuk melalui daerah kutub. Sehingga semakin jauh dari kutub tentu saja semakin tidak terkena dampak badai matahari ini,” tandasnya.

Untuk mengetahui badai matahari itu Thomas menyatakan diamati melalui Solar Patrol atau Patroli Matahari. Mereka mengamati matahari dengan menggunakan teleskop dengan filter khusus. Pengamatan itu untuk mengetahui panjang gelombang. Selain itu satelit juga bisa setiap saat melihat ledakan.

“Astronomi IPB (Institut Pertanian Bogor) pernah meneliti mengenai perilaku aktivitas matahari dan dampak yang terjadi. Kalau LAPAN meneliti bagaimana aktivitas matahari mempengaruhi komunikasi, navigasi, iklim dan lain lain,” katanya. [mdr]


Repost :

http://www.inilah.com/news/read/2010/03/13/398382/badai-matahari-2012-bukan-penyebab-kiamat/

Resensi Film 2012



Artis : John Cusack, Danny Glover, Amanda Peet, Oliver Platt, Chiwetel Eljofor

Sutradara : Roland Emmerich

Genre : Action

Heboh akan adanya kiamat di tahun 2012 membuat film ini menjadi box office dimana bioskop-bioskop di berbagai kota dipadati pengunjung baik penggemar film maupun orang yang sekedar ingin tahu apakah yang akan terjadi di tahun 2012? Perlu kita sadari bahwa ini adalah film Hollywood bertemakan fiksi bencana (disaster-fiction movie), bukan film pengetahuan ataupun dokumenter.

Awal kisah film berdurasi 2,5 jam ini bermula di tahun 2009 dimana seorang geologist USA, DR Adrian Helmsley (diperankan oleh Chiwetel), bersama rekannya ilmuwan astrophysics di India, menemukan adanya kejanggalan fenomena alam di perut (inti) bumi akibat membesarnya neutrino letupan matahari yang akan menimbulkan ‘badai matahari’ akibat daya tarik yang membesar karena terjadi garis lurus matahari dan bumi terhadap galaksi. Adrian melaporkan gejala alam ini ke pemerintahan USA dan sejak tahun 2010 mereka bersama-sama beberapa negara adi kuasa dan konglomerat mendanai proyek rahasia pembuatan bahtera raksasa dengan misi untuk menyelamatkan sebagian kecil spesies manusia dan binatang dari terjangan bencana di tahun 2012.

Film mulai bergerak tegang saat CNN melaporkan adanya aksi bunuh diri masal suku Maya terkait dengan akan datangnya tanggal 21-12-2012 dimana menurut kalender Maya tanggal tersebut adalah “the end of the calender” yang ditafsirkan merupakan “doomsday”. Padahal fakta sebenarnya adalah, berdasarkan penjelasan tetua Maya sekarang, Apolino Chile Pixtun, mengatakan bahwa hari kiamat itu merupakan gagasan ‘Barat’, bukan Maya. Selain itu tanggal ini adalah tanggal berakhirnya satu periode kalender Maya (berakhirnya periode Baktun ke-13 yaitu siklus periode 394 tahunan), seperti halnya kalender kita menyatakan bahwa abad ke-20 diakhiri dengan tanggal 31-12-2000, dan abad ke-21 diawali dengan tanggal 1-1-2001.

Suku Maya, yang merupakan pakarnya astronomi sejak zaman baheula, mencapai puncak kejayaan dari tahun 300 sampai dengan 900 Masehi, meramalkan bahwa pada tanggal 21-12-2012 matahari dan bumi akan berada dalam satu garis lurus dengan lorong gelap di pusat Galaksi Bima Sakti yang terjadi setiap 25.800 tahun. Dalam film fiksi ini disebutkan salah yaitu sekali dalam 640.000 tahun.

Mendekati hari kiamat versi film ini terjadi fenomena-fenomena alam seperti retaknya beberapa ruas jalan, arus laut yang menguat, tercampurnya komunikasi suara radio sehingga Jackson Curtis (dilakoni oleh John Cusack) bisa mendengarkan melalui radio di mobilnya percakapan dua pilot helikopter yang lagi terbang di atas mobilnya.

Penulis buku yang tidak laku ini (sehingga bekerja sebagai sopir anaknya konglomerat Rusia) lagi mengajak dua anaknya untuk camping di hutan cagar alam Yellowstone National Park. Di sana mereka menemukan suatu area yang diisolir oleh tentara USA untuk suatu penelitian fenomena alam mengeringnya danau di kawasan cagar alam ini.

Setelah film berjalan sekitar 40 menit maka mulailah terjadi bencana alam ini. Si lakon, Jackson, menjadi hero dengan bisa menjemput keluarganya, termasuk mantan istrinya Kate Curtis (dibintangi oleh Amanda Peet), “Just In Time” dan mengendarai mobil yang ‘dikejar-kejar’ gempa bumi !!!!! Dan hebatnya mobilnya bisa berlari lebih cepat dari tanah longsor akibat gempa bumi dahsyat ini.

Untuk kedua kalinya si lakon ini “Just In Time” saat menjadi co-pilot menerbangkan “small private plane” untuk menghindari kejaran ambrolnya tanah bumi. Bahkan hebatnya lagi pesawat ini bisa terbang melalui sela-sela berbagai konstruksi bangunan pencakar langit, jembatan layang yang runtuh tanpa kena serpihan runtuhannya.

Si hero ini bisa mengendarai mobil caravan butut, untuk ketiga kalinya, “Just In Time” dalam menghindari terjangan batu membara, yang mirip meteor, dari muntahan magma cagar alam Yellowstone yang menjadi super volcano. Mereka kembali ke sana untuk memperoleh peta milik penyiar radio yang agak sinting yang mengungkapkan dimana bahtera penyelamat disembunyikan pemerintah USA. Serta, untuk keempat kalinya, “Just In Time” take-off di waktu yang benar-benar amat sangat nyaris.

Maha bencana gempa bumi dahsyat ini, diakibatkan patahnya lempengan bumi karena medan magnet bumi yang bergeser diakibatkan pengaruh fenomena ‘badai matahari’, melanda seluruh dunia seperti Amerika Utara, Brasil, Vatikan, bahkan menghentikan Olympiade ke-30 yang lagi diselenggarakan di London. Ini ‘kenyataan’ salah karena Olympiade ini tidak pernah diadakan di bulan Desember, ya namanya aja perhelatan olahraga musim panas masak diselenggarakan pada musim dingin di bulan Desember? Gimana nich si penulis skenario ini (salah satunya adalah sutradara film 2012 ini), apa mereka bukan penggemar olahraga? Atau mereka mengarang alur cerita yang mengabaikan logika demi memburu sensasi yang spektakuler?

Berbekal peta ini maka mereka, ditambah keluarga konglomerat Rusia yang termasuk salah satu donatur mega proyek ini dengan menyumbangkan dana 1 milyar Euro, menumpang “big plane” Antonov 500 buatan Rusia menuju lokasi “big ship” yang disembunyikan di jajaran pegunungan (tempat) tertinggi di bumi kita ini yaitu Himalaya di Tibet, China. Untuk menuju ke sana mereka sempat lepas landas, untuk kelima kalinya, “Just In Time” dari landasan pacu airport Las Vegas yang ambrol dilanda gempa bumi. Setelah itu, Jackson mengemudi mobil super mewah, Bentley, landing keluar dari perut pesawat cargo Antonov, untuk keenam kalinya, “Just In Time” mendarat di pegunungan salju Himalaya.

Untuk mengeruhkan suasana, maka misi penyelamatan USA dipimpin oleh peran antagonis, Chief of Staff White House, Carl Anheuser (diperankan oleh Oliver Platt) karena Presiden USA Thomas Wilson (diperankan oleh Danny Glover), yang keturunan Afro-American, memilih untuk tetap tinggal di Washington DC.

Dalam perjalanan menuju Himalaya di pesawat Air Force One sempat terlintas sebentar tampilan peta bumi di layar monitor computer tentang nasib kepulauan Indonesia yang sedang bergolak kena gempa bumi dan letusan gunung berapi.

Sesudah bencana gempa bumi dahsyat ini maka muncullah second disaster yang menjadi pamungkas yaitu tsunami. Kapal perang induk Amerika USS John F Kennedy terdampar menerjang White House di kota Washington DC. Seluruh daratan di muka bumi ini tersapu tsunami yang menggulung-gulung menerjang semua yang ada.

Dari 9 bahtera raksasa yang dibangun oleh negara-negara adi kuasa di Himalaya (terilham dari kisah Nabi Nuh?) ternyata hanya 4 bahtera yang siap dimana satu mengalami kerusakan juga. Maka hanya 46 bangsa di muka bumi ini yang terwakilkan. Bahtera kesatu dikomandoi USA. Bahtera kedua dikepalai oleh Rusia, China dan Jepang. Adapun bahtera ketiga menampung pimpinan dan warga Inggris, Jerman, Spanyol, Perancis, Kanada dan Italia. Wah film ini terkesan rasis, masak hanya ‘penggede’ dan beberapa warga pilihan negara-negara adi kuasa ini yang diselamatkan. Bagaimana dengan nasib warga negara lainnya ?

Akhir cerita, setelah 27 hari mengarungi lautan baru, bumi sudah aman dimana 3 “big ship” berlayar beriringan menuju daratan benua Afrika, satu-satunya daratan yang masih muncul di permukaan bumi. Di mana kepulauan Nusantara? Jangan tanya ah karena kita sudah menjadi manusia Atlantis di dasar laut.

Sutradara Roland Emmerich dikenal sering mendalangi film-film bencana (disaster) dan science-fiction seperti Stargate, Independence Day, Godzilla, The Day After Tomorrow, 10.000 B.C. Sebagai bahan skripsi semasa kuliah di Universitas di Jerman ia menulis dan menyutradarai film pendek “The Noah’s Ark Principle”, bahkan setelah ia terjun ke dunia film maka film ini dibuatkan versi film panjangnya dengan judul yang sama. Oleh karena itu tidak mengherankan dalam film 2012 ini ia ahlinya untuk menampilkan bahtera raksasa yang menampung ribuan umat manusia mengarungi badai tsunami.

Pembuatan film bencana ini ditunjang visual effect, animasi, digital effect dan computer graphic yang cukup meyakinkan menjadikan bencana ini terkesan mengerikan. Tapi kelemahan utama film ini adalah tidak ditunjang alur cerita dan skenario yang ‘cerdas’. Jadi saat anda menonton film 2012 maka abaikan logika ceritanya dan nikmati gambar-gambar bencana yang memukau.

sumber : filmdanmusik.com

Copyright 2009 scarlet's zone dot oncom. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy